Indahnya Sastra

Minggu, 26 Desember 2010

Antara Sabar Dan Mengeluh

Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya.
"Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain kerana itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati."

Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini."
Abu Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu?" 
Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?"
Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?"
Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah berkahwin dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua."
Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?"
Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membezakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berzeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."
Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena musibah dan dugaan dari Allah.
Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman Allah dalam sebuah hadith Qudsi,:
" Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya."

Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda,: " Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang."
Dan sabdanya pula, " Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari wap api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah)
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala musibah. 

ini dah blum yah


Ku tatap batas yang tergores membatasi lelangit dan lautan
Telingaku mencermati camar yang memekik dan mencecah kakinya
pada laut yang tak pernah luka

Dentuman debur menghantam karang
Dan sisanya membuih membasahi ujung jemariku yang terendam pasir
Ada titik permata jatuh pada pipiku
Lalu mentari memberinya warna warni pada bulatnya yang penuh
Sebelum jatuh dan terisap pasir-pasir pantai

Jeritan hatiku yang terasa memberat pada mulutku
Terlebih pada dadaku yang terdalam
Kusadari bahwa jalan menuju surga dan ridhoMu memang berat

Ya Allah… Betapa sulit menggapaiMu…
Cukupkah waktuku tuk menuju keribaanMu…

SUMPAH SUCI ORANG SUCI




Seorang suci sedang bermeditasi di bawah sebuah
pohon pada pertemuan dua jalan. Meditasinya
terganggu seorang pemuda yang berlari dengan
panik ke arah jalan yang menuju dirinya.
“Tolonglah saya,” pemuda itu memohon. “Ada orang yang salah
menuduh, dikiranya saya mencuri. Ia mengejar saya bersama
banyak orang. Kalau mereka sampai menangkap saya, kedua
tangan saya akan dipotong.”
Pemuda itu kemudian memanjat pohon yang digunakan
pendeta itu untuk bermeditasi dan cepat bersembunyi di antara
dahan-dahannya, “ Tolong jangan katakan kepada mereka
dimana saya bersembunyi,” kata pemuda itu memelas. Pendeta
suci itu melihat dengan mata hatinya, bahwa si pemuda
memang tidak bersalah dan telah berkata sesungguhnya.
Beberapa menit kemudian datanglah sekelompok orang desa
dan pemimpinnya bertanya, “Bapak melihat pemuda yang
berlari ke arah sini?”
Berpuluh tahun sebelumnya pendeta itu pernah bersumpah
untuk selalu berkata jujur, jadi ia mengatakan telah melihat
pemuda itu.
“Kemana perginya?” kata si Kepala Desa itu tak sabar.
Pendeta itu sebenarnya tidak ingin mengkhianati pemuda,
namun sumpahnya telah menakutkannya. Ditunjuknya pohon
di atasnya. Penduduk desa beramai-ramai menyeret si pemuda
keluar dari sela-sela dahan dan memotong kedua tangannya.
Ketika pendeta itu mati, dia dibawa ke Mahkamah Agung Surga.
Ia dikutuk karena sikapnya terhadap pemuda tidak berdosa itu.
Tetapi, si pendeta protes, “saya telah bersumpah suci saya akan
selalu berkata jujur.”
Pengadilan itu berkata, “Namun hari itu kamu lebih mencintai
kebanggaan dari kebajikan. Bukan demi kebajikan kamu
menyerahkan pemuda itu kepada penuntutnya, namun kamu
semata-mata mempertahankan citra kosong tentang dirimu
sendiri sebagai orang ‘suci’.
Kebajikan manusia yang terbatas kerap memandu pemahaman
menjadi kekuatan yang memaksa kita untuk berbuat jahat...”
============================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 290-291. ISBN 978-6028-686-938.

Info buku, silakan klik link (tautan) di bawah ini:
http://www.facebook.com/pages/Mutiara-Kalbu-Sebening-Embun-Pagi/116810518359465

Sabtu, 18 Desember 2010

Merokok






New York, Perokok berat maupun yang hanya sesekali merokok sama-sama dalam bahaya. Penelitian membuktikan dampak negatif rokok bisa muncul lebih cepat dari yang diduga, sehingga sebatang rokok saja sudah cukup untuk memicu serangan jantung.

Asap rokok tidak butuh waktu terlalu lama untuk masuk ke aliran darah seseorang. Begitu mencapai darah, racun-racun dalam asap rokok langsung mengalami perubahan struktur sehingga menjadi lebih lengket satu sama lain.

Molekul-molekul racun itu juga mengikat darah yang ada di sekitarnya, sehingga memicu terjadinya penggumpalan. Bagi yang memang sudah mengalami penyempitan pembuluh darah, kondisi ini sangat berisiko menyebabkan serangan jantung.

"Rokok zaman sekarang melepaskan nikotin jauh lebih cepat dan efisien dibanding rokok beberapa tahun yang lalu," ungkap pakar nikotin Dr K Michael Cummings dari Roswell Park Cancer Institute.

Fakta ini semakin menegaskan bahwa tidak ada batas aman untuk asap rokok. Meski hanya sesekali merokok dan bahkan hanya sebatang atau dua batang, risikonya bisa sangat fatal yakni serangan jantung yang mematikan.

"Terlalu sering kita mendengar orang mengatakan sesekali merokok demi pergaulan tidak akan terlalu berbahaya. Faktanya tidak demikian, saya anjurkan sebisa mungkin menghindari asap rokok dan orang yang merokok," ungkap Dr Terry Pechacek dari Centers for Disease Control and Prevention.

Karena itulah, bahaya asap rokok kembali menjadi perhatian dokter-dokter di Amerika Serikat yang memasukkannya dalam laporan Surgeon General 2010. Dikutip dari Dailymail, Jumat (10/12/2010), laporan setebal 700 halaman itu menekankan hubungan asap rokok dengan serangan jantung.

Salah satu isu yang diangkat adalah kebijakan pemerintah Pueblo, Colorado yang memberlakukan larangan merokok di tempat-tempat umum sejak tahun 2003. Dampaknya jumlah kasus serangan jantung yang tercatat turun sebanyak 41 persen hanya dalam 3 tahun.

Rabu, 01 Desember 2010

TIGA PERTANYAAN


Ada seorang pemuda yang mencari seorang guru
agama, pemuka agama atau siapapun yang bisa
menjawab tiga pertanyaannya. Akhirnya sang
pemuda itu menemukan seorang bijaksana.
Pemuda (P) : Anda siapa? Bisakah menjawab pertanyaan-pertanyaan
saya?
Bijaksana (B) : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan
menjawab pertanyaan anda.
P : Anda yakin? Sedang profesor dan banyak orang pintar saja
tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
B : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
P : Saya punya tiga buah pertanyaan.
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada
saya.
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau setan diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka
yang terbuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan,
sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak
pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba sang orang bijaksana tersebut menampar pipi si
pemuda dengan keras.

P (sambil menahan sakit) : Kenapa anda marah kepada saya?
B : Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawaban saya atas
tiga buah pertanyaan yang Anda ajukan.
P : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Tentu saja saya merasa sakit.
B : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
P : Ya.
B : Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!
P : Saya tidak bisa.
B : Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan
keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudNya
B : Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
P : Tidak.
B : Apakah pernah terpikir oleh Anda akan menerima sebuah
tamparan dari saya hari ini?
P : Tidak.
B : Itulah yang dinamakan Takdir.
B : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar
anda?
P : Kulit.
B : Terbuat dari apa pipi anda?
P : Kulit.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Sakit
B : Walaupun setan dan neraka sama terbuat dari api, neraka
tetap menjadi tempat menyakitkan untuk setan.

============================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 342-343. ISBN 978-6028-686-938.